Sabtu, 30 Agustus 2014

Macam-macam konfigurasi rel(busbar)


Semua generator dalam pusat listrik menyalurkan energinya ke rel pusat listrik. Demikian pula semua saluran yang mengambil maupun yang mengirim energi dihubungkan ke rel ini. Berbagai jenis susunan rel yaitu:



     a.     Rel Tunggal


Ini adalah susunan rel yang paling sederhana dan paling murah. Keandalan serta fleksibilitas operasi nya sangat terbatas. Apabila ada kerusakan di rel, maka seluruh pusat listrik harus dipadamkan untuk dapat melakukan perbaikan. Oleh sebab itu, rel tunggal sebaiknya hanya digunakan pada pusat listrik yang tidak begitu penting peranannya dalam sistem.
Untuk menaikkan keandalan rel tunggal. PMS seksi dapat dipasang yang membagi rel dalam dua kelompok, yaitu kelompok kiri dan kelompok kanan dari rel. Unit pembangkit dan beban sebagian dihubungkan ke kelompok kiri dan sebagian lagi dihubungkan ke kelompok kanan dari rel. Apabila ada kerusakan pada rel yang perbaikannya memerlukan pemadaman, maka seksi rel yang memerlukan perbaikan bisa dipadamkan dengan membuka PMS seksi ini sehingga seksi rel yang sebelahnya tetap bisa dioperasikan/dinyalakan.

     b.    Rel Ganda dengan Satu PMT


Rel ganda yang diperlihatkan pada gambar 2.8 adalah rel ganda dengan satu PMT, selanjutnya hubungan ke rel 1 atau rel 2 dilakukan melalui PMS. Rel ganda pada umumnya dilengkapi dengan PMT beserta PMS-nya yang berfungsi menghubungkan rel 1 dan rel 2 seperti diperlihatkan pada gambar 2.8. PMT ini disebut sebagai PMT kopel. Dengan rel ganda, sebagian instalasi dapat dihubungkan ke rel 1 dan sebagian lagi ke rel 2. Kedua rel tersebut(rel 1 dan rel 2) dapat dihubungkan paralel atau terpisah dengan cara menutup atau membuka PMT kopel. Dengan cara ini fleksibilitas operasi akan bertambah terutama sewaktu menghadapi gangguan yang terjadi dalam sistem.
            Sebagian dari unit pembangkit atau beban dapat dihubungkan ke rel 1 dan lainnya ke rel 2. Apabila salah satu unit pembangkit atau salah satu beban akan pindah rel, maka terlebih dahulu PMT-nya harus dibuka, kemudian disusul dengan pembukaan PMS rel yang akan ditinggalkan, baru diikuti pemasukan PMS rel yang dituju; urutannya tidak boleh dibalik. Apabila terbalik, maka akan terjadi hubungan paralel antara rel 1 dan rel 2 yang belum tentu sama tegangannya dan hal demikian adalah berbahaya. Setelah selesai melakukan pemindahan posisi PMS, baru PMT dimasukkan. Untuk unit pembangkit, pemasukan PMT harus melalui proses sinkronisasi.
            Dari uraian di atas tampak bahwa proses pemindahan beban dari rel satu ke rel lainnya memerlukan pemadaman, yaitu saat PMT dibuka. Pemindahan beban atau unit pembangkit dari salah satu rel ke rel lainnya dalam praktek dapat terjadi, misalnya karena ada kerusakan yang memerlukan pemadaman rel saat perbaikan.

     c.    Rel Ganda dengan Dua PMT
h

Rel ganda dengan dua PMT ini sama seperti rel ganda dengan satu PMT hanya saja disini semua unsur dapat dihubungkan ke rel 1 atau rel 2 atau dua-duanya melalui PMT sehingga fleksibilitas manuver menjadi lebih baik. Pemindahan beban dari rel 1 ke rel 2 dapat dilakukan tanpa pemadaman, tidak seperti pada rel ganda dengan satu PMT, seperti diuraikan pada butir b di atas. Hal ini dapat terjadi karena dengan adanya 2 buah PMT(masing-masing satu PMT untuk setiap rel) pemindahan beban dilakukan dengan menutup terlebih dahulu PMT rel yang ditujukan, kemudian membuka PMT rel yang ditinggalkan. Sebelum melakukan manuver ini, harus diyakinkan terlebih dahulu bahwa rel 1 dan rel 2 tegangannya sama, baik besarnya maupun fasanya. Jika sudah sama, baru PMT dapat dimasukkan.

     c.    Rel dengan PMT satu setengah

Pada dasarnya rel dengan PMT satu setengah adalah rel ganda dengan tiga buah PMT di antara dua rel tersebut. Jika rel-rel ini diberi identifikasi sebagai PMT A1, PMT A2, dan PMT seterusnya. Sedangkan yang dekat rel B diberi identifikasi sebagai PMT B1, PMT B2, dan seterusnya. PMT yang ditengah disebut PMT diameter dan diberi identifikasi sebagai PMT AB1, PMT AB2, dan seterusnya.
            Bagian-bagian dari instalasi dihubungkan pada titik-titik yang letaknya antara PMT A dengan PMT AB dan pada titik-titik yang letaknya antara PMT B dengan PMT AB seperti terlihat pada gambar 2.10. Dibandingkan dengan rel-rel pada butir a, b dan c tersebut di atas, rel dengan PMT satu setengah ini memunyai keandalan paling tinggi. Hal ini dapat dilihat sebagai berikut:
     ·   Apabila Rel A mengalami gangguan
Dengan membuka semua PMT bernomor A beserta PMS-nya, daya tetap bisa disalurkan secara penuh.
     ·    Apabila Rel B mengalami gangguan
Dengan membuka semua PMT bernomor B beserta PMS-nya, daya tetap bisa disalurkan secara penuh.
     ·     Apabila Rel A dan Rel B mengalami gangguan
Dengan membuka semua PMT bernomor A dan PMT bernomor B beserta PMS-nya, daya tetap bisa disalurkan walaupun dengan fleksibilitas pembebanan yang berkurang.

Pembebasan tegangan sebuah(bagian) instalasi yang terhubung ke rel dengan PMT satu setengah mengharuskan pembukaan dua buah PMT beserta PMS-nya, yaitu PMT rel dan PMT diameternya. Misalnya untuk unit pembangkit no. 1 yang terhubung ke rel B melalui PMT B1, maka untuk pembebasan tegangannya, yang harus dibuka adalah PMT B1 dan PMT AB1 beserta PMS-PMS-nya. 

Penulis sedang melakukan kerja praktek di GITET 500 kV Gandul dan berdiri di posisi keempat dari kiri

Masalah yang sering terjadi pada tegangan ekstra tinggi adalah kegagalan isolasi pada gangguan arus hubung singkat. Contohnya pada P3B PLN Gandul, sebanyak 80% kegagalan sistem pada saluran transmisi adalah kegagalan isolasi. Konfigurasi rel dengan PMT satu setengah ini biasanya digunakan pada Gardu Induk Tegangan Ekstra Tinggi(GITET) 500 kV karena memermudah pemeliharaan isolasi peralatan yang ada pada GITET.
            Pada pusat-pusat listrik kecil(sampai dengan daya ±50 MW) yang menggunakan tegangan rel di bawah 70 kV, umumnya digunakan rel dalam bangunan gedung tertutup atau dalam lemari yang disebut kubikel. Pada pusat-pusat listrik besar(di atas 50 MW), rel umumnya dipasang di ruangan terbuka.
          Apabila pusat listrik terpaksa dibuat di dalam kota di mana tanah mahal, maka untuk menghemat pemakaian tanah, dapat digunakan rel dalam tabung gas SF6 sehingga jarak konduktor-konduktor rel dapat diperkecil untuk pemakaian tanah.
         Karena semua generator dan saluran yang ada dalam pusat listrik dihubungkan ke rel, maka gangguan di rel akan luas akibatnya. Oleh sebab itu, konstruksi rel harus mendapat perhatian khusus untuk memerkecil kemungkinan mengalami gangguan.


Sumber: Pembangkitan Energi Listrik karya Djiteng Marsudi dengan perubahan seperlunya


Sabtu, 16 Agustus 2014

Menuntut ilmu ke Indonesia


Namaku Ameen Al-Athiya An-Nawajha. Aku lahir di Rafah, sebuah wilayah perbatasan antara Gaza City, Palestina, dengan wilayah Mesir. Kau mungkin tidak akan menemukan nama Palestina, tanah airku, dalam daftar negara yang diakui di dunia. Tapi, kau bisa menemukan nama Palestina, tanah airku, dalam daftar negara yang diakui di dunia. Tapi kau bisa menemukan negara Israel. Di dalam wilayah itulah negara kami berada.

Tahun 1948, sebuah negara bernama Israel berdiri di atas tanah bangsa kami. Orang-orang Yahudi yang berpencar di seluruh dunia berduyun-duyun datang ke tanah kami. Mereka datang bergelombang, berkelompok, lalu membangun pemukiman-pemukiman untuk kaum mereka sendiri. Mereka datang bukan untuk menjabat tangan kami dan tinggal berdampingan, tapi meminggirkan kami, membangun tembok-tembok tinggi, dan mengancam kami dengan moncong senjata mereka. Kami terusir di tanah sendiri.


Aku seorang dokter umum di Najjar Hospital di Rafah, Gaza City. Menolong orang, siapa pun dia, adalah kegemaranku. Sejak lahir, aku menyaksikan orang-orang terluka di depan mataku. Rasanya menyakitkan tidak berdaya di hadapan mereka yang sedang terluka. Karena itulah, aku memutuskan untuk meninggalkan negaraku selama enam tahun dan tinggal di Kazakhstan. Aku belajar ilmu kedokteran di Kazakh University karena tidak satu pun universitas di Palestina yang mampu menyelenggarakan pendidikan kedokteran. Padahal, dokter adalah salah satu profesi penting yang harus dimiliki oleh negaraku yang compang-camping diterjang rudal Israel. Untungnya, lima tahun setelah kepulanganku ke tanah air, Al-Azhar University berhasil membuka fakultas kedokteran di Gaza. Aku bahagia sekali. Sudah saatnya bangsaku dapat memenuhi kebutuhan terpentingnya. Aku berharap universitas itu dapat meluluskan para dokter yang dapat menjadi tumpuan harapan saat krisis melanda.
 Aku masih ingat saat ibu berkata bahwa aku harus bermanfaat bagi orang lain. Saat itu usiaku delapan tahun. Aku menangis saat rudal-rudal menghancurkan dan membakar sekolahku. Serpihannya menghancurkan setengah kepala temanku sekaligus menghancurkan hatiku. Aku tidak tahun harus berbuat apa. Aku tidak mengerti mengapa teman-teman dan saudaraku dibunuh. Aku tidak tahu apa salah mereka hingga harus berakhir dalam penghancuran seperti itu. Ibuku memelukku dan merapalkan ayat-ayat dalam kitab suci. Ia berulang-ulang memintaku untuk memberi manfaat pada orang lain, bukan menghancurkan seperti ini.
Dua puluh satu tahun kemudian, aku kembali mengingatkan pesan ibuku. Saat itu adalah ketika pecahnya intifadhah kedua, bertepatan dengan malam menjelang hari suci umat Islam. Intifadhah adalah gerakan perlawan rakyat Palestina terhadap pendudukan Israel. Ketika gerakan itu muncul, anak-anak muda Palestina berbondong-bondong turun ke jalan dengan katapel. Ariel Sharon yang menjabat sebagai Perdana Menteri Israel saat itu berusaha memasuki Masjid Al-Aqsha. Demi Allah, masjid suci itu lambang pertahanan bangsa kami. Di sanalah Nabi Muhammad(shalallahu ‘alaihi wassalam) bertolak untuk melakukan mi’raj ke langit ke tujuh, menemui Allah dan para nabi. Masjid itu adalah tempat suci umat Islam. Mengapakah orang-orang Israel tidak sedikit pun menunjukkan rasa hormat? Tanah kami bergejolak lagi.
Malam menjelang hari raya suci umat Islam. Aku berada di ruang gawat darurat Najjar Hospital. Aku termangu di hadapan puluhan tubuh yang membujur. Kepala mereka hancur. Aku nyaris limbung. Baru kali ini darah yang membanjiri ruang tempat aku bertugas itu membuatku seperti kehilangan pegangan. Entah apa yang tersisa untuk kurasakan. Hanya suara ibu yang terngiang ditelingaku. Aku harus bermanfaat.
Hari itu menjadi hari-hari yang sangat panjang dan melelahkan. Generator di rumah sakit tak berhenti mendengung selama satu minggu. Delapan jam listrik mengalir setelah itu padam dan delapan jam berikutnya generator mulai dinyalakan. Aku pun tidak pernah berhenti bekerja. Korban demi korban bergantian berada di hadapanku. Aku bahkan tidak mengingat lagi di mana keluagaku. Yang kutahu pasti, mereka ada didalam hati ku. Allah pasti mendengar bisikanku untuk menjaga mereka. Dalam kondisi seperti ini, siapapun bisa mati, kapan saja. Berbuat manfaat sebanyak mungkin adalah satu-satunya cara, mungkin untuk menghadapi kematian yang tidak lama lagi. Malam itu seharusnya kami gembira untuk menyambut Eid, kami harusnya bertakbir penuh rasa syukur kepada Allah SWT, bukan bertakbir karena menyaksikan pembantaian manusia. Seharusnya kami menyiapkan hidangan ternak sembelihan untuk esok hari, bukan untuk menyaksikan keluarga dan saudara kami “disembelih” seperti ini. Tetapi, kami tetap berbahagia melepas para syuhada ke tempat peristirahat terakhir mereka.
Kau tahu, hidup di negaraku tidak pernah mudah. Sejak blokade diberlakukan, tidak ada yang bisa keluar masuk sembarangan. Bahkan makanan dan obat-obatan pun tidak bisa dengan mudah didapatkan. Israel mengepung tanah kami dan memberangus nyawa kami. Meski demikian, kami tidak akan pernah menyesal dan tidak pernah sedikitpun ingin mengungsi atau minta suaka. Tanah inilah takdir kami. Allah telah memilih kami untuk menjaga tanah para nabi dari kehancuran yang ditimbulkan oleh orang-orang Israel. Kami tidak akan pernah lari dari tugas itu. Kami tidak akan pernah meninggalkan tanah ini tanpa penjaga. Biarkan orang-orang Israel memenjara raga dan nyawa kami, tetapi jiwa kami akan tetap merdeka. Mereka tidak akan pernah memasung jiwa kami.
Hari ini, di sinilah aku kini, di sebuah negeri yang bersahabat bernama Indonesia. Sudah dua tahun lebih aku tinggal di negara berpenduduk muslim terbesar di dunia ini. Dokter Prita dan Dokter Basuki, pasangan suami istri yang luar biasa itu, membawaku ke sini dan membantu dalam banyak hal. Di sini aku menjadi satu dari dua mahasiswa asing di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Yang seseorang lagi adalah mahasiswa asal Nepal yang mendalami Pulmonologi. Setiap hari, aku melewati koridor universitas negeri ternama di Jakarta ini untuk mendalami neurologi. Aku sengaja mengambil spesialisasi penyakit saraf karena kasus itu yang banyak terjadi pascaserangan Israel di Palestina. Jumlah dokter spesialis saraf di Gaza City memang sedikit sekali. Hanya ada satu orang dokter saraf untuk 150 ribu penduduk Rafah. Hanya ada satu orang dokter saraf untuk 150 ribu penduduk Rafah. Di Khan Yunis, ada sekitar 2-3 orang saja. Sementara di Gaza hanya 10 dokter saraf untuk 500 ribu penduduk.
Kementerian Kesehatan Palestina mengutusku untuk belajar spesialisasi neurologi di Indonesia. Bersyukur aku dapat bertemu dengan rekan sejawat dari Indonesia yang dengan tulus datang dan memberikan bantuan pada Gaza di tahun 2010. Rasa syukurku semakin membuncah saat Bulan Sabit Merah Indonesia(BSMI) juga memberikan beasiswa kepada semua mahasiswa Palestina yang sedang belajar di Indonesia, termasuk diriku.

 
Ada dua orang mahasiswa Palestina yang mendapatkan beasiswa spesialis kedokteran di Indonesia. Aku dan dr. Mueen Al-Shurafa. Alhamdulillah, aku dan dr. Mueen dapat membawa keluarga masing-masing untuk ikut tinggal di negara ini hingga pendidikan dokter spesialis kami selesai.
Sebelum mulai kuliah, setiap mahasiswa asing di sini diwajibkan untuk mengikuti program bahasa Indonesia selama 6 bulan. Alhamdulillah, sejak itu aku sudah bisa bercakap-cakap dan mengerti bahasa Indonesia. Tetapi kadang aku masih tetap merasa kesulitan mengikuti perkuliahan. Rasanya kuliah di Indonesia lebih sulit dibandingkan dengan kuliah di Kazakhstan, atau dengan berada di ruang gawat darurat saat serangan Israel terjadi. Prosedur yang harus dilewati kadang melelahkan. Terlalu banyak tahapan yang harus dilewati.
Semua orang Indonesia yang kutemui di sini sangat ramah kepada kami. Setiap kali tahu aku berasal dari Palestina, mereka menyalami dan memelukku erat-erat. Rasanya tak satu pun orang Indonesia yang menyebalkan.
Kalau boleh memilih, sepertinya lebih baik berada di Gaza lagi. Tapi, Gaza memintaku untuk berada di sini saat ini. Rakyat Palestina ingin aku di sini, menimba ilmu untuk nanti kembali lagi ke pangkuang tanah airku. Aku akan terus bertahan menjalani perkulihan yang tidak mudah bagiku. Yang menyenangkan, sebentar lagi aku akan mendapatkan izin untuk melakukan praktik spesialis neurologi di RS Cipto MangunKusumo. Aku akan mulai menerapkan teori yang telah kudapatkan di bangku kuliah.
Bila Allah SWT mengizinkan, empat atau lima tahun lagi aku akan berada kembali di Gaza. Ya, masih sangat panjang perjalananku dan perjalanan bangsa kami. Dan jalan ini memang tidak pernah mudah, aku telah menyadarinya sejak awal. Tetapi aku sudah bertekad untuk melaluinya dan tidak pernah berpikir untuk lari dari jalan ini. Aku yakin, aku tidak akan pernah sendiri saat melangkah. Saudara-saudaraku di sini selalu bersamaku. Saudara-saudara yang dahulu pernah berjuang menembus kotaku yang dipasung Israel. Saudara-saudaraku yang datang ke kota tempat tinggalku dengan bantuan alat medis, obat-obatan, dan tak peduli dengan ancaman senjata Israel. Aku tidak akan pernah melupakan itu. Kami, bangsa Palestina tidak akan pernah melupakan kebaikan mereka, seperti mereka tidak akan pernah melupakan Masjid Al-Aqsha.

(Dituliskan oleh Aminah Mustari, berdasarkan wawancara dengan
dr. Ameen An-Nawajha, dokter Umum Najjar Hospital, Rafah,
Residen Neurologi FKUI)


Sumber: Membalut Luka Gaza, Perjalanan Para Dokter dan Relawan untuk Mengembalikan Senyuman Palestina, karya dr. Prita K., Sp. O.G., dkk

Minggu, 10 Agustus 2014

[Prolog]Selamat datang di tanah anbiya


Beginilah kondisi Gaza. Blokade membuat rakyat kami tidak mendapatkan bahan bakar minyak, gas, listrik dan air bersih. Israel membolehkan obat-obatan ke kota kami. Tetapi apakah kami harus makan aspirin untuk bertahan hidup? Ketika musim dingin tiba, kami menggigil. Saat kami menderita sakit, juga yang karena disebabkan serangan Israel, kami kadang harus menunggu selama 6 bulan lebih untuk mendapatkan tindakan. Karena alat kedokteran kami sebagian besar rusak. Kami yang menderita penyakit berat dan harus dirujuk ke luar Gaza karena ketiadaan alat medis, harus menunggu anggota keluarga kami akhirnya wafat saat menunggu izin keluar.


Israel ingin memusnahkan kami. Mereka ingin kami menjual tanah kami. Tetapi kami tidak akan pernah melego tanah orangtua kami. Di sinilah mereka membesarkan kami dengan cinta dan kekuatan pribadi mereka. Di tanah ini mereka menanamkan nilai luhur yang mengikat kami pada tanah air ini. Bagaimana mungkin kami berpikir untuk melepaskannya barang sepotong?
Ke mana kami harus pergi? Rumah kami rata dengan tanah. Puluhan masjid kami tinggal puing. Setiap hari kami terbangun dengan satu-satunya pertanyaan: siapa dari kami yang terbunuh hari ini?
Israel telah membutakan mata. Mereka menyerang perawat, dokter, wartawan, lelaki jompo, perempuan, dan anak-anak. Mereka menghabisi ratusan nyawa kami sekaligus.
Anda mungkin heran, mengapa kami masih bisa tertawa dan merasa bahagia, mengapa kami masih terus menjalani seperti ini, tidak memilih untuk mengungsi? Karena dalam hidup ini hanya ada dua pilihan bagi kami: hidup bahagia di dunia atau wafat dalam syahid untuk surga. Kami menjadikan hidup ini sesederhana apa adanya.
Dengan kalian berdiri disini bersama kami, di garis batas yang memisahkan kalian dengan para penjajah, biarlah Israel tahu bahwa kami tidak akan pernah sendiri. Bahwa kesombongan tidak akan pernah mendapat tempat di dunia, apalagi di akhirat.
Terima kasih, sahabatku, saudaraku. Terima kasih telah membalut luka kami. Terima kasih telah mengusap air mata kami.


(Ditulis oleh dr. Prita Kusumaningsih Sp. O.G.
Dari sambutan DR. Midhaad Abbas, Direktur Jendral Hubungan dan Kerja Sama Internasional Departemen Kesehatan Palestina)

Sumber: Membalut Luka Gaza, Perjalanan Para Dokter dan Relawan untuk Mengembalikan Senyuman Palestina cetakan pertama maret 2013, karya dr. Prita K., Sp. O.G., dkk

Rabu, 06 Agustus 2014

Proses terjadinya busur listrik dalam sakelar



Gambar 2.38 memerlihatkan kondisi kontak dari sebuah sakelar dalam keadaan tertutup(a), mulai membuka(b) dan sudah terbuka lebar(c).

            Pada sakelar umumnya terdapat kontak jalan(KJ) dan kontak tetap(KT). Pada keadaan(a), kontak-kontak tertutup, tidak ada beda potensial antara KJ dan KT, kemudia kontak KJ digerakkan ke kiri sehinga ada celah antara KJ dan KT tertutup, naik menuju nilai tegangan operasi dari sakelar, melalui perioda transien. Jika jarak antara KJ dan KT semakin besar, maka kuat medan listrik antara KJ dan KT semakin turun, karena kuat medan listrik:
di mana
V =  beda potensial tegangan antara KJ dan KT
d = jarak antara KJ dan KT.
            Pada nilai tertentu dari d, nilai e menjadi cukup kecil sehingga busur listrik padam. Tetapi dengan membesarnya jarak d, nilai V bisa naik, yaitu dalam periode transien. Kenaikan nilai V selama perioda transien ini tergantung pada nilai induktansi, kapasitansi dan resistansi dari sirkuit yang dibuka oleh sakelar bersangkutan. Nilai tegangan transien ini bisa menyebabkan busur listrik tidak padam.
            Untuk menaikkan kemampuan sakelar dalam memutus listrik busur maka, kecuali pada sakelar vakum(hampa), digunakan media isolasi yang ditiupkan atau disemprotkan pada busur listrik yang terjadi. Media isolasi ini selain berfungsi sebagai bahan isolasi juga berfungsi sebagai bahan pendingin, mengingat listrik yang terjadi melepaskan banyak energi berbentuk panas. Panas ini timbul karena proses ionisasi bahan isolasi. Sewaktu kontak-kontak sakelar berpisah terjadi beda potensial V antara kontak-kontak sakelar dan beda potensial inilah yang menimbulkan ionisasi, yaitu terurainya atom bahan isolasi menjadi ion yang bermuatan positif dan elektron yang bermuatan negatif. Ion-ion yang bermuatan positif menuju kontak sakelar yang bermuatan negatif, sedangkan ion-ion yang bermuatan negatif menuju ke kontak sakelar yang bermuatan negatif.
            Aliran ion-ion yang bermuatan positif dan ion-ion yang bermuatan negatif tersebut diatas menghasilkan busur listrik yang terdiri dari inti busur, plasma dan gas panas seperti diperlihatkan pada gambar 2.38.

            Apabila yang diputus oleh sakelar adalah arus bolak-balik maka aliran ion dan elektron tersebut diatas akan bolak-balik dan terdapat saat dimana aliran ion ini bernilai nol. Nilai nol ini(sebelum busur listrik putus) tidak pernah terjaid pada pemutusan arus searah. Inilah sebabnya proses pemutusan busur listrik arus searah lebih sulit daripada proses pemutusan busur listrik arus bolak-balik. 
            Keadaan sebuah Pemutus Tenaga(PMT) dari saluran transmisi yang memutus arus gangguan diperlihatkan pada gambar 2.38 dan 2.39. Penjelasan dari lambang-lambang di kedua gambar tersebut adalah:
eg = tegangan generator, sumber
F = titik gangguan pada saluran transmisi
L = induktansi dari generator
C = kapasitansi saluran transmisi
ef = tegangan yang timbul di antara kontak-kontak PMT = ec + eg, di mana ec =  tegangan kapasitor C
Nf = arus gangguan
            Karena nilai induktansi dalam sirkuit generator dan juga pada saluran transmisi umumnya lebih besar daripada nilai resistansi(tahanan) maka arus gangguan Nf tertinggal 90o dari tegangan generator eg. Gangguan terjadi saat t = t1, (lihat gambar 2.40) sehingga timbul arus gangguan if selanjutnya pada gambar 2.39 diperlihatkan bahwa PMT memutus arus gangguan if pada saat t = t1, yaitu saat nilai if = 0 dan nilai eg = maksimum. Hal ini diikuti nilai tegangan kapasitor ec yang naik dan berisolasi karena kapasitor tidak bisa membuang muatannya yang sebelum diputus oleh PMT bisa dialirkan ke arah induktansi L. Cepat tidaknya isolasi tegangan kapasitor ec ini teredam tergantung besarnya nilai resistansi dalam sirkuit kapasitor C; makin besar nilai resistansi ini makin cepat peredaman ini terjadi.


Tegangan eg + ec = ef merupakan tegangan yang dialami kontak-kontak PMT dan disebut transient recovery voltage.
            Kecepatan pemulihan ini tergantung derajat isolasi media isolasi yang ada di antara kontak-kontak PMT terhadap naiknya tegangan pemulihan transien(transient recovery voltage); apabila cukup cepat maka PMT akan berhasil memutus busur listrik. Tetapi apabila lebih lambat, derajat isolasi media isolasi belum bisa menghambat transient recovery voltage sehingga PMT akan gagal memutus busur listrik yang terjadi, hal ini berbahaya karena gas-gas panas yang terjadi akan bertambah banyak dan menumpuk sehingga bisa menimbulkan peledakan.




           Proses pemulihan derajat isolasi dan transient recovery voltage sebagai fungsi waktu diperlihatkan pada gambar 2.41. Kurva 1 menggambarkan keadaan di mana PMT berhasil memutus busur listrik, sedangkan kurva 2 menggambarkan keadaan yang gagal.
           Makin panjang saluran transmisi yang mengalami gangguan makin besar nilai C saluran ini. Sedangkan makin banyak generator dalam sistem yang bekerja paralel makin besar nilai arus gangguan if. Komponen ec dari ef = eg + ec cenderung untuk berosilasi dengan frekuensi alami(natural) dari saluran transmisi yang diputus yaitu
 
yaitu sama dengan frekuensi resonansi dari sirkuit/saluran transmisi yang diputus tersebut. Energi yang terputus dalam sirkuit ini akan mengalir bolak-balik antara kapasitansi dan induktansi yang dikandungnya dengan frekuensi resonansi seperti tersebut di atas. Energi ini akhirnya akan habis diserap oleh resistansi sirkuit yang diputus tersebut.
            Proses pemutusan busur listrik oleh PMT, menimbulkan keausan pada kontak-kontak PMT. Oleh karenanya rekaman arus dan tegangan PMT sewaktu memutus arus gangguan perlu diamati dan dianalisis. Berdasarkan hasil analisis ini kemudian ditentukan apakah kontak-kontak PMT perlu diperiksa dan direkondisi atau tidak. Dari analisis ini juga bisa diperkirakan adanya kelainan yang lain atau tidak, misalnya apakah relai, baterai, pengawatan sekunder serta mekanisme penggerak PMT berfungsi sebagaimana mestinya atau tidak. PMT yang mengalami keausan pada kontak-kontaknya akan mengalami penurunan kemampuan memutus arus hubung singkat, oleh karenanya perlu direkondisi atau dilakukan penggantian kontak-kontak yang aus tersebut.
Spesifikasi teknis dari PMT terutama harus mencantumkan kemampuannya untuk memutus arus gangguan. Kemampuan ini harus sedikit lebih besar(margin kira-kira 20%) terhadap arus gangguan terbesar yang mungkin terjadi apabila gangguan terjadi tepat di depan atau di belakang PMT bersangkutan. Margin 20% tersebut diatas adalah untuk memerhitungkan kemunduran kemampuan PMT dengan terjadinya keausan kontak-kontak PMT sebagaimana yang diuraikan di atas.

Untuk PMT dengan udara tekan perlu diperhatikan juga spesifikasi teknik dari instalasi udara tekan yang ditawarkan pabrik, karena hal ini menyangkut masalah keselematan kerja. Gambar 2.42. memerlihatkan sebagian dari instalasi tersebut.

Gambar 2.42 Penampung udara(air receiver), ruang pemutus(interrupter), dan katup penghembus(blast valve) dari Air blast circuit breaker.

Sumber: Pembangkitan Energi Listrik edisi kedua, karya Djiteng Marsudi, penerbit Erlangga.